Saturday, March 25, 2017

Menelusuri Jejak ‘Using’

SHARE

Using’, sepintas lalu kata ini menyerupai bahasa asing seperti Bahasa Inggris. Apa sebenarnya ‘Using’ itu? “Using’ adalah nama sebuah suku asli yang ada di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Jika anda mengunjungi Kabupaten Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, anda akan mendapati sejumlah tempat wisata yang menarik mulai dari wisata alam sampai dengan toko-toko penjual souvenir. Salah satu toko souvenir itu adalah toko ‘Osingdeles’, sebuah nama yang diambil dari nama suku Using di Kabupaten Banyuwangi. 


Jika ditelusuri, keberadaan Suku Using dapat ditarik ke belakang kembali ke masa Kerajaan Blambangan pada abad ke-17. Blambangan merupakan sebuah daerah yang pada masanya merupakan kawasan yang menjadi rebutan antara Kerajaan Islam Mataram di Jawa dan Kerajaan Hindu dari Bali. Sebelum kerajaan-kerajaan Islam berdiri di nusantara, daerah Blambangan merupakan salah satu daerah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu Majapahit yang berdiri antara tahun 1293 sampai dengan 1527 dan berpusat di daerah Jawa Timur. Nama-nama tokoh kerajaan Hindu Majapahit sebagian berasal dari daerah Blambangan ini, seperti Ken Dedes, Rana Wijaya/Raden Wijaya, Hayam Wuruk, dan Kerta Wijaya.
Upaya memperebutkan kawasan Blambangan tidak terlepas dari berakhirnya kekuasaan kerajaan Hindu Majapahit. Kerajaan Islam Mataram di Jawa di satu sisi hendak memperluas kekuasaan kerajaan Islam di seluruh Pulau Jawa, sementara di sisi lain Kerajaan Hindu di Bali ingin mempertahankan sisa-sisa peninggalan Kerajaan Hindu Majapahit di Blambangan. Secara geografis pada saat itu, hanya kerajaan Pasuruan di Madura yang merupakan kerajaan Islam yang tidak terlibat dalam perebutan daerah Blambangan.
Perebutan Blambangan dimenangkan oleh I Gusti Anglurah Panji Sakti, Raja Buleleng pada tahun 1697, yang kemudian menyerahkannya kepada Cokorda Agung Mengwi. Cokorda Agung Mengwi, sebagai raja Kerajaan Hindu Mengwi dari Bali, menunjuk Pangeran Danuningrat salah seorang keturunan Prabu Tawang Alun untuk memerintah Kerajaan Blambangan dan untuk menunjukkan kesetiaannya kepada Kerajaan Hindu Mengwi, Prabu Danuningrat mengambil putri Raja Cokorda Agung Mengwi sebagai istri.
Pada akhir abad ke-18, terjadi perang saudara di Blambangan, Perang Puputan Bayu, untuk memperebutkan kekuasaan di Kerajaan Blambangan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh VOC pada tahun 1771 dengan mengangkat Mas Alit sebagai KRT Wiroguno yang merupakan Bupati pertama dan menggabungkan daerah Kerajaan Blambangan ke dalam Karisedenan Besuki. Pada saat ini kekuasaan kerajaan Hindu di Jawa berakhir, disebabkan karena Mas Alit sebagai KRT Wiroguno merupakan seorang pemeluk Agama Islam.
Berdasarkan kisah sejarah di atas, Kerajaan Hindu Blambangan merupakan tempat pertemuan berbagai budaya masyarakat Jawa, Kerajaan Hindu Majapahit, Kerajaan Hindu Bali dan Kerajaan Islam Mataram, yang akhirnya melahirkan Suku Using. Suku Using diyakini sebagai penduduk asli Banyuwangi yang merupakan sebuah sub suku dari Suku Jawa dan memiliki bahasa daerah tersendiri, yaitu Bahasa Using. Bahasa Using ini merupakan turunan dari Bahasa Jawa Kuno pada masa Majapahit dan memiliki perbedaan dengan Bahasa Jawa pada umumnya.
Suku Using menyebut diri mereka bukan bagian dari masyarakat Kerajaan Islam Mataram di Jawa dan juga bukan bagian dari masyarakat Kerajaan Hindu di Bali. Hal ini dapat dibuktikan oleh masyarakat Suku Using yang memiliki perbedaan dengan masyarakat Hindu Jawa dan Hindu Bali lainnya yang memiliki stratifikasi sosial berdasarkan kasta. Masyarakat Suku Using tidak memiliki stratisfikasi sosial berdasarkan kasta semenjak akulturasi dengan budaya Islam. Beberapa seni budaya yang masih menjadi ciri khas masyarakat Using adalah Gandrung Banyuwangi, Patrol, Seblang, Angklung, Tari Barong, Kuntulan, Kendang, Kempul, Janger, Jaranan, Jaran Kincak, Angklung Caruk dan Jedor. Oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, keberadaan Suku Using dijadikan sebagai sebuah daya tarik wisata yang terletak di Desa Kemiren Kecamatan Glagah.






SHARE

Author: verified_user